Senin, 09 November 2009

MEMPERTEMUKAN FILSAFAT DAN AGAMA

Perkataan filsafat pada asalnya mempunyai arti yang sederhana, sekedar pembedaan antara sifat manusia dengan sifat yang dimiliki oleh Tuhan berkenaan dengan kepandainnya. Manusia tidak dapat bersifat bijaksana, dia boleh menjadi penggemar kebijaksanaan, sedangkan Tuhan sajalah yang bersifat bijaksana. Akan tetapi lama-kelamaan perkataan itu digunakan untuk menunjukkan kepada satu aktifitas manusia yang berkenaan dengan pemahaman terhadap dunia secara kesuluruhan.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang non empirik dan non eksprimental, diperoleh manusia melalui usaha dengan pikirannya yang mendalam. Mengenai objek materialnya tidak berbeda dengan ilmu pengetahuan, yakni mengenai apa saja. Adapun yang berbeda adalah mengenai objek formalnya. Objek formal filsafat mengenai sesuatu yang menyangkup sifat dasar, arti, nilai, dan hakikat dari sesuatu. Jadi bukan sesuatu yang dapat dijangkau dengan indera dan percobaan. Menjangkaunya hanya mungkin dengan pemikiran filosofis yaitu pemikiran yang mendalam, logis dan rasional.
Sedangkan agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan hasil usaha manusia. Manusia tinggal menerima begitu saja sebagai paket dari Tuhan.
Filsafat berdasarkan otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia. Sedangkan agama mendasarkan pada otoritas wahyu.
Menurut Prof. Nasrun SH., mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama. Malah filsafat yang sejati itu terkandung dalam agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan kepada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan akal pikiran saja maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif, karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran itu terbatas, sehingga filsafat yang berdasarkan pada akal pikiran semata tidak akan sanggup memberi keputusan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahamannya terhadap yang ghaib.

Antara Filsafat dan Agama
Melalui uraian di atas, kita bisa mengidentifikasi bahwa pada mulanya terdapat perbedaan antara filsafat dan agama terutama dalam hal eksistensi keduanya, yakni filsafat berusaha menemukan kebenaran dengan berdasarkan akal manusia sedangkan agama adalah suatu kebenaran yang berdasarkan wahyu dari Tuhan.
Drs. H. Abu Ahmadi, dalam bukunya ”Filsafat Islam” menguraikan tentang perbedaan-perbedaan antara filsafat dan agama:

1. Filsafat berarti memikir, jadi yang penting yaitu ia dapat berpikir, sedangkan agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting yaitu hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.
2. Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memaham, sedangkan agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama hubungan manusia dengan Tuhan.
3. C.S. Lewis membedakan enjoyment dan contemplation, misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut contemplation, yaitu memikirkan pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu. Sedangkan agama dapat dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian (dedication) atau contentment.
4. Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang, sedangkan agama banyak berhubungan dengan hati.
5. Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya. Sedangkan agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
6. Seorang ahli filsafat jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain biasanya bersikap lunak. Sedangkan agama, bagi pemeluk-pemeluknya akan mempertahankan agamanya dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan diri.
7. Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaanya, tetapi sering mengeruhkan pikiran pemeluknya. Sedangkan agama, disamping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, tetapi juga mempunyai efek menenangkan jiwa pemeluknya.
8. Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen walaupun argumennya sendiri. Sedangkan dalam agama, filsafat sangatlah penting peranannya dalam mempelajari agama.
Demikianlah antara lain perbedaan-perbedaan antara filsafat dan agama. Perbedaan-perbedaan tersebut bukan hanya berdasarkan atas kandungan dan objek filsafat dan agama saja, akan tetapi juga membedakan antara karakter-karakter para filosof dan para agamawan. Perbedaan karakter antara keduanya tentunya dikarenakan efek dari bidang masing-masing yang mereka tekuni, sehingga kita bisa mengklasifikasi karakter mereka ke dalam tiga bagian yaitu:
1. Memegang teguh terhadap agama dan menolak filsafat.
Ini adalah pendirian orang agama yang tidak berfilsafat.
2. Memegangi filsafat dan menolak agama.
Ini adalah pendirian orang yang berfilsafat dengan tidak mengindahkan kandungan-kandungan agama.
3. Mengusahakan pemaduan antara filsafat dan dengan agama menurut cara tertentu.
Inilah cara yang ditempuh oleh seorang filosof yang beriman atau seorang filosof yang seharusnya memperhatikan kandungan-kandungan agama.
Dalam perbedaan-perbedaan antara keduanya, setidaknya ada kesamaan-kesamaan, seperti yang dikatakan Prof. Nasrun SH. Bahwa ”Filsafat yang sejati itu terkandung dalam agama.” Untuk menggali kesamaan-kesamaan antara filsafat dan agama, penulis akan mencoba untuk menguraikan analisa al-Kindi dalam rangka untuk menemukan titik temu antara keduanya.

Tidak ada komentar: