Jumat, 30 Oktober 2009

Peranan Guru Bahasa Inggris Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah

Peranan Guru Bahasa Inggris Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah

Sebagaimana kita ketahui, bahwa masalah akhlak dan pembinaannya pada
abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini, semakin penting
dan mendesak untuk dikaji dan dipikirkan, karena fakta menunjukkan bahwa
kemajuan tersebut membawa pula dampak negatif terhadap akhlak manusia, di
samping dampak positif yang menguntungkan. Pembinaan akhlak anak harus
terlaksana dalam seluruh lingkungan kehidupannya, baik dalam keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat.

Saat ini anak-anak mengalami krisis keteladanan. Hal ini terjadi karena sedikitnya media masa yang mengangkat tema tokoh-tokoh teladan bagi anak-anak. Tayangan-tayangan televisi misalnya, didominasi acara hiburan dalam berbagai variasinya, acara sinetron atau infotainment tidak diharapkan memberikan contoh kehidupan Islami secara utuh. Sementara itu porsi penanaman akhlak mulia melalui contoh pribadi teladan pada pelajaran-pelajaran keislaman di sekolah juga masih rendah.

Sesungguhnya fase kanak-kanak atau remaja merupakan fase yang paling cocok, paling panjang, dan paling penting bagi seorang pendidik menanamkan prinsip-prinsip yang lurus dan pengarahan yang benar ke dalam jiwa dan perilaku anak-anaknya. Kesempatan untuk itu terbuka lebar. Segala sarana dan prasarana juga mendukung, mengingat pada fase ini setidaknya anak-anak masih memiliki jiwa yang bersih, bakat yang bersih, dan hati belum terkontaminasi debu dosa dan kemaksiatan.

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. kewibawaannyalah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Guru mendidik anak bertujuan mendewasakan anak. Dewasa yang dimaksud adalah dewasa secara rohani dan jasmani (perkembangan dan pertumbuhan).

Kedewasaan jasmani sangat tergantung pada ukuran tempat tinggalnya. Pada umumnya masalah seorang dewasa apabila telah akil baligh atau telah sampai umur, sekitar 17-20 tahun. kedewasaan rohani ataau psikis, apabila seseorang itu mampu melkukan sesuatu pemecahan tentang masalah. Kedewasaan dalam hal ini banyak ragamnya seperti berikut ini:

1. Dewasa social: dimana seseorang telah sanggup memahami tugas-tugas kemasyarakatan yang di bebankan kepadanya, artinya ai telah mempertimbangkan berat ringan tugas kemasyarakatan.

2. Dewasa moril: dimana seseorang telah sanggup mengadakan pilihan mengenai apa yang disebut baik dan buruk, dan mampu mengadakan pertimbangan dan pilihan tentang yang mana lebih baik daripada kedua tindakan yang sama-sama mengandung kebaikan.

3. Dewasa religious: maksudnya orang terssebut memilki kemampuan untuk memilih dan mempertimbangkan dengan tepat ajaran agama yang mana ia harus yakini.

Berhasil tidaknya pembinaan akhlak yang dilakukan, ditentukan oleh beberapa factor yang saling mempengaruhi, Namun factor integrasinya terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasanya. Maka dari itu untuk tercapainya hal tersebut maka seyogyanya seorang guru berperan atau memposisikan diri sebagai:

1. Orang tua, yang penuh kasih saying pada peserta didiknya.

2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.

3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan

6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.

7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.

8. Mengembangkan kreativitas.

9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum

Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelarpun disandangnya. Guru adalah pahlawan
tanpa pamri, pahlawan tanpa tanda asa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan,
pahlawan pendidikan, makluk serba bisa, atau dengan julukan yang lain seperti interpreter,
artis, kawan, warga negara yang baik, pembangunan manusia, pembawa kultur,
pioner reformer dan terpercaya, soko guru, bhatara guru, ki ajar, sang guru,
sang ajar, ki guru dan sebagainya.

Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.

Dalam membina akhlak siswa, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru umum termasuk guru bahasa inggris, antara lain:

1) Penegakan Disiplin Sekolah atau minimal dikelas

Penegakan disiplin di sekolah atau minimalnya dikelas merupakan hal yang paling ditakuti bagi anak-anak yang kurang disiplin. Sebab dengan adanya disiplin membuat siswa merasa dikontrol, diatur dan lain sebagainya. Sehingga akibat dari ketidak disiplinan itu siswa akan mendapatkan hukuman sesuai dengan apa yang ia langgar dari disiplin itu. Misalnya datang terlambat, tidak masuk sekolah dan lain sebagainya. Disiplin ada upaya untuk mengendalikan dan membina akhlak siswa, sehingga anak tersebut dapat diarahkan sesuai dengan tuntunan agama dan norma-norma kemasyarakatn.

2) Ritual Keagamaan

Ritual atau sering disebut dengan kegiatan keagamaan yang diadakan dalam lingkungan sekolah, banyak mendatang nilai-nilai positif bagi siswa itu sendiri dan bagi seluruh keluarga besar sekolah tersebut. Kegiatan keagamaan memancarkan sinar-sinar keagamaan dan menghidupkan sendi-sendi kehidupan, sebab dengan adanya kegiatan keagamaan, lingkungan akan menjadi damai, tentram dan teratur.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru khususnya guru
Bahasa Inggris atau guru umum dalam membina akhlak siswa dalam ritual keagamaan seperti, selalu membaca salam dan basmalah atau do’a sebelum belajar, membacakan Al-Qur’an atau suatu hadist yang berkaitan dengan materi dan selalu menyelipkan pesan-pesan moral kepada siswa dalam memberikan materi dikelas, supaya akhlak benar-benar terjaga baik di lingkungan sekolah, keluarga lebih-lebih dalam lingkungan bermasyarakat.

3) Penugasan/pengarahan

Untuk membina siswa secara terus menerus dan membiasakan
siswa ke arah perbuatan baik, maka perlu adanya penugasan atau peringatan kepada siswa mesalkan menasehati anak agar setiap masuk dan keluar rumah mengucapkan salam, membantu orang tua di rumah dan lain sebagainya. Sehingga tanpa didasadari anak tersebut sudah
diarahkan kepada perbuatan yang baik atau disebut dengan berakhlakul
karimah.

Inilah beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam membina
akhlak siswa, dengan berbagai macam kegiatan anak akan disibukkan dengan
hal-hal yang positif, dapat menekan dari hal-hal yang buruk. Jika terbina sejak
dari usia sekolah mudah-mudahan akan terbiasa pada masa yang akan datang.