Senin, 09 November 2009

MUNCULNYA POSTMODERNISME

A. Posmodernisme
Istilah postmodernisme itu sendiri telah ada cukup lama. Menurut Malcoln Bradbury, istilah tersebut pertanma kali digunakan tiga puluh tahun yang lalu. Bahkan jauh sebelum itu bahwa istilah postmodernisme secara maknawi sudah digunakan oleh Nietzche pada awal tahun 1880, yang merupakan bapak dekonstruksionist.
Penyebab munculnya postmodernisme adalah karena adanya keraguan dan ketidak yakinan terhadap sains modern, dalam konteks system pengetahuan munculnya keraguan dan ketidak yakinan tersebut dalam istilah Thomas Kuhn dalam bukunya “ peran paradigma dalamrevolusi sains” disebut dengan krisis. Dalam krisis tersebut tidak menutup kemungkinan ada klaim terhadap penggunaan teori-teori baru. Maka dalam krisis inilah lahir yang dinamakan revolusi pengetahuan dan desakan claim-claim. Yakni paradaigma baru. Krisis yang dialami system pengetahuan modern ini terletak bukan pada tataran metodologis yang digunakan, akan tetapi pada pembenaran tentamg keyakinan metodologis yang dipandang benar. Persoalannya bukan terletak pada tataran metodologi, akan tetapi pada claim-claim paradigma yang telah digunakan.
Ciri-ciri postmodern adalah memiliki keraguan terhadap metanaratif, postmodern menolak kebenaran tunggal yang sebelumnya diinformasikan era modern. Dari pormulasi diatas bahwa masyarakat modern, dengan proyek renaissancenya, adalah bahwa masyarakat yang jelas-jelas “menjauhkan” diri dari agama, bahkan masalah agama adalah masalah privasi yang tak ada satu pun orang yang mampu menggugat dan menghakiminya, karena masalah yang sangat pribadi sekali.
Salah satu sasaran utama dari kritik yang dilancarkan postmodernisme terhadap modernisme adalah rasio. Dalam perspektif postmodernisme, rasio bukanlah satu hal yang mampu menyelesaikan segala hal. Salah satu kegagalan dan kehancuran dari modernisme adalah menempatkan rasio pada posisi yang sangat tinggi. Rasoi begitu mendominasi kehidupan manusia, sehingga apa yang dikeluarkan darinya benar dngan sendirinya.
Keabsolutan rasio ini, kemudian menjadi cikal bakal kehancuran peradaban barat yang lebih menitik beratkan pada penggunaan rasio dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Tokoh postmodernisme ini adalah Friedrick Nietzche dan sekaligus sebagai tokoh pertama dalam filsafat dekonstruksi. Nietzsche adalah tokoh petama yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap Dominasi atau pendewaan Rasio sejak tahun 1880-an, dan Jean-Francois Lyotard
B. Aliran dekonstruksi
a. Lahirnya dekonstruksi
Istilah dekonstruksi awalnya di gunakan oleh Heidegger, bahwa konstruksi dalam filsafat itu dengan sendirinya harus serentak destruksi, yaitu dengan dekonstruksi konsep-konsep tradisional dengan cara kembali ke tradisi. Dekonstruksi biasanya dirumuskan sebagai cara atau metode membaca teks. Suatu hal yang khas dalam pembacaan dekontruktif atas tek-tek filosofis adalah bahwa unsure-unsur bukanlah pertaman-tama inkonsistensi logis. Argument-argumen lemahnya atau premis-premis yang tidak meyakinkan melainkan unsure-unsur yang secara filosofis sangatlah menentukan.
Gerakam dekonstruksi oleh para folosof postmodernisme terhadap filsafat modern yang di tikohi oleh Descartes dan dikokohkan oleh gerakan pencerahan dan mengabdikan dirinya hingga abad 20 ini melalui dominasi sain dan kapitalisme.
Lahirnya dekonstruksi pada tahun 1977, ketika Peter Eisenman mempublikasikan editorial post functionalism-nya dengan nama majalahnya opposition. Habis sebagai reaksi terhadap pameran arsitektur rasional dan ecole des beaux arts, pada museum seni modern, Eisenman mengkarakteristikan kedua pameran tersebut sebagai post modern dan bahkan lebih buruknya mengangkat segi-segi kemanusiaan (humanism) dari sebuah bangunan. Padahal sebagimana diketahui bahwa moderenisme sangat anti humanis. Pada dasarnya hal tersebut merupakan pertanda lahirnya seni abad 19 dan 20 yang mana abstrak atonal dan atemporal. Taktiknya adalah dengan membuat segalanya yang tifikal menjadi tidak atau pemecahan bentuk yang lain.
Tokoh aliran dekonstruksi yaitu Heidegger, Descartes, jaques derrida, dll.
b. Pengertian dekonstruksi.
Konsep ini ada pada tahun 1971 dan telah menjadi fokus utama teori literature amerika dan prancis. Di luar itu, kita harus mewaspadai sentral paradox yang mengatakan bahwa dekonstruksi telah menjadi akdemik ortodoks dalam beberapa universitas amerika kampus seni dan arsitektur.
Dekontruksi adalah sekolah filsafat di prancis pada akhir 1960 dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kritisme di Amerika. Pendirinyha Josques Derrida lahir sebagai respons komplek terhadap teori dan pergerakan filosofi abad 20 .
Dekonstruksi atau merusak sama sekali.
Dekonstruksi berari merobohkan, merusak atau melantakan sesuatu yang sudah terkonstruk. Namun istilah ini tidak berhenti pada tahap perusakan belaka, tetapi juga berhubungan erat dengan upaya rekonstruksi sehingga dapat di pahami rekonstruksi itu merobohkan yang sudah ada untuk dirancang kembali dengan yang lebih baik.
Dekonstruksi mempunyai pengertian sebagai usaha perusakan terhadap terbatasnya waktu dalam konsep metafisika kehadiran.
Biasanya istilah dekonstruksi berhubungan dengan bagaimana seseorang melihat suatu teks. Teks dianggap memiliki kemungkinan makna yang banyak, sehingga harus ditolak. Sebuah teks adalah karya dari pengarang yang memiliki keimginan dan tujuan tertentu.
Dekonstruksi dilakukan dengan rentang jaman yang panjang dan tingginya perkembangan ilmu pengetahuan, semakin menambah kecanggihan ilmu alat dalam menentukan makna al-qur’an. Sehingga makna yang dulunya pernah dibangun oleh ulama-ulama terdahulu kemudian didekonstruksi maknanya oleh mereka yang hadir belakangan. Seperti mata rantai filsafat bermula dari tesis, anti tesis kemudian berlanjut dengan sintesis.

C. Aliran Rekonstruksionisme
a. Pengartian Rekontruksi
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct, ysng berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksi pada prinsipnya sepaham dengan paham perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksi berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan dating, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi harus diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Aliran ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Rekonstruksi dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, dan Harold Rugg.
Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tumbuh dan berkembang dalam keterkaitanya dengan proses sosial dan sejarah dari pada masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan untuk menandakan pembaharuan dan pembangunan masyarakat.
Perkembangan ilmu dan tekhnologi tidak memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi masyarakat, namun membawa dampak negatif. Masyarakat yang hidup damai berangsur-angsur diganti oleh masyarakat yang coraknya tidak menentu, tiada kemantapan dan yang lebih penting dari itu lepasnya individu dalam keterkaitanya dengan masyarakat serta adanya keterasingan.
George F. Kneller membuat ikhtisar pandangan Michael W. Apple tentang ideologi yang dimaksud ada 3 unsur:
1. pandangan bahwa kemajuan itu tergantung dari sains dan industri
2. Suatu kepercayaan dalam masyarakat bahwa agar orang mampu menyumbangkan jasanya dalam maasyarakat kompetitif
3. kepercayaan bahwa hidup yang memadai sama dengan menghasilkan dan mengkonsumsikan barang dan jasa bagi masyarakat
menurut apple ketiganya tercermin dalam kurikulum sekolah, agar keadaan masyarakat dapat diperbaiki, pendidikan menjadi wahana penting untuk rekonstruksi.
Hal tersebut yang menyebabkan tumbuhnya fikiran keritis rekonstruksionisme yang terjadi dalam masyarakat, sehingga dapat dikatakan rekonstruksi sebagai tujuan mencari titik kebenaran melalui lemaga pendidikan.

Tidak ada komentar: